Tampilkan postingan dengan label Inspiring. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspiring. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Februari 2015

Inspiring Muadz bin Jabal: Dai Muda yang Kaya Raya dan Lembut Hati



dakwatuna.com – Muadz bin Jabal seorang pemuda Anshar teladan, termasuk golongan Anshar yang pertama masuk Islam dan turut serta dalam baiatul Aqabah dua. Kepandaian dan kepahamannya dalam ilmu agama diakui oleh banyak sahabat, tak terkecuali sang pemimpin Rasulullah SAW yang memberikan testimoni menyejarah : “sepandai-pandainya umatku dalam masalah halal dan haram adalah Muadz bin Jabal”,  bahkan di riwayat yang lain disebutkan Muadz adalah pemimpin para ulama di akhirat nanti.
Karena kefaqihannya inilah Muadz pun dipercaya menjadi duta dakwah di Yaman. Sebuah amanah dan tugas berat menanti di sana, menyebarkan Islam dengan benar sesuai ajaran Rasulullah SAW. Tak heran jika di awal keberangkatan Muadz ke Yaman, serangkaian fit and proper test pun dijalankan oleh Rasulullah SAW. Maka ketika Muadz sukses menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan begitu cerdas dan elegan, wajah Rasulullah SAW pun berseri-seri dan bertutur lugas : “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah . . . .”
Di Yaman selain berdakwah menyebarkan dan mengajarkan Islam, Muadz bin Jabal juga berdagang sebagaimana para sahabat lainnya. Karena kepandaian dan ketekunannya pulalah, maka ia berhasil meningkatkan omset dagangnya dan berubah menjadi pribadi yang kaya raya, santun dan faqih. Ketika Rasulullah SAW wafat, Mu’adz masih berada di Yaman. Di masa pemerintahan Abu Bakar, Mu’adz kembali ke Madinah, dan di awal kedatangannya terjadi sebuah kisah indah penuh ukhuwah antara Muadz, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab.
Saat Muadz datang dari Yaman, Umar tahu bahwa Mu’adz telah menjadi seorang yang kaya raya. Kekayaan pribadinya meningkat tajam dari beberapa tahun sebelumnya. Seperti biasa, ketegasan dan kewaspadaan ala Umar bin Khaththab berjalan, beliau sebagai penasehat khalifah segera mengusulkan kepada Abu Bakar agar membagi dua kekayaan Muadz dan menyerahkannya kepada negara, sebagai bentuk kehati-hatian sebagai pengelola negara. Abu Bakar tidak segera menyetujui usulan dari Umar, namun tanpa menunggu persetujuan Abu Bakar, secara pribadi Umar bersegera mendatangi Muadz untuk datang sebagai sahabat.
Mu’adz bin Jabal sebagaimana kita ketahui dalam testimoni Rasulullah SAW, adalah orang yang paham tentang halal dan haram. Termasuk halal dan haram dalam transaksi dan perdagangan. Ia tidak mengenal bertransaksi dengan unsur maysir (spekulasi), ghoror (tipuan), gheis (curang) apalagi ikhtikar (menimbun barang) dan riba. Kekayaan yang didapat pun tak lebih dari buah ketekunan dan kecerdasan, yang mendapatkan taufiq dari ar-rozzaq Allah SWT, jauh dari segala syubhat apalagi yang haram.
Maka ketika Umar datang ke rumahnya dan mengemukakan usulannya untuk membagi dua harta tersebut, Muadz pun menolak dengan argumen yang cerdas dan hujjah yang kuat.  Diskusi hangat dua sahabat mulia itu pun berakhir dan Umar berpamitan meninggalkannya. Sungguh ia tidak hasad dan iri dengan kekayaan Muadz, tidak pula ia menuduh Muadz bermaksiat dengan mencari jalan haram dalam menumpuk kekayaan, namun ia hanya takut karena saat itu Islam sedang mengalami kejayaan dan kegemilangan, di luar sana banyak tokoh-tokoh yang memanfaatkan hal tersebut dengan bergelimang harta tanpa kejelasan sumber halalnya. Inilah yang ditakuti Umar, tidak lebih.
Namun uniknya, pagi-pagi sekali keesokan harinya Mu’adz bin Jabal terlihat segera bertandang ke rumah Umar. Apa yang dilakukan Muadz setelah apa yang terjadi pada hari sebelumnya? Sungguh pemandangan ukhuwah yang indah tak tergambarkan.  Sampai di sana, Muadz segera merangkul Umar dan memeluknya kuat, bahkan air mata Muadz pun mengalir dan terisak menceritakan mimpinya tadi malam yang begitu kuat mengingatkannya.
“Wahai Umar, malam tadi saya bermimpi masuk kolam yang penuh dengan air, hingga saya cemas akan tenggelam. Untunglah Anda datang, dan menyelamatkan saya . . . . !”
Nampaknya mimpi tersebut membuat Muadz ingin segera menuruti usulan Umar bin Khaththab untuk membagi dua harta kekayaannya yang diperoleh dari Yaman.  Maka keduanya pun segera menghadap Abu Bakar, dan Mu’adz pun mengutarakan niatnya, meminta kepada khalifah untuk mengambil seperdua hartanya.
Namun apa jawab khalifah Abu Bakar yang mulia? Khalifah yang timbangan imannya tak tertandingi oleh penghuni bumi ini menolak dengan tegas, ia mengatakan : “Tidak satupun yang akan saya ambil darimu”.  Abu Bakar tahu dan yakin bahwa Muadz memperoleh kekayaan dari jalan yang baik, maka ia tidak ingin mengambil satu dirham pun dari harta sahabatnya tersebut, yang itu berarti kezhaliman dan akan berbuah kehinaan di akhirat.
Muadz belum puas dengan jawaban sang khalifah, ia pun menoleh dan meminta pendapat Umar bin Khaththab, ia teringat dengan mimpinya semalam yang begitu mendebarkan. Apa komentar Umar sebagai pihak yang mengawali usulan pembagian harta tersebut, ia berujar singkat : “ Cukup .. sekarang harta itu telah halal dan jadi harta yang baik”.  Subhanallah, kegelisahan pun berakhir dengan kehangatan ukhuwah dan kemuliaan iman.
Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian dan masalah, mari kita ambil inspirasi dan semangat dari kisah di atas yang melibatkan tiga sahabat yang mulia :
Pertama : Sosok Muadz yang cerdas dan santun. Dengan kesungguhannya ia bisa memperoleh kekayaan yang luar biasa di usia muda ( beliau meninggal usia 33 tahun di masa Umar), dari jalan yang halal dan jauh dari syubhat. Meski demikian, beliau seorang yang lembut hatinya dan perasa, sebuah mimpi di malam hari mampu membuatnya berubah dari sikap teguh pendiriannya atas usulan Umar.
Kedua : Abu Bakar memberikan contoh pada kita tentang kebijaksanaan dan kecermatan dalam berfikir. Tidak tergesa bersikap meski terlihat penuh kemaslahatan. Beliau juga tegas menolak segala tawaran dan kebijakan yang bernuansa kezhaliman.
Ketiga : Umar adalah teladan dalam sikap waro, kehati-hatian dan mawas diri, sekaligus ketegasan yang luar biasa. Dialah sosok yang terlihat angkuh di hadapan kekayaan sebagian sahabat. Para panglima perang yang bertaburkan kemenangan dan pakaian nan indah pun dihinakan oleh Umar dengan lemparan kerikil di wajah mereka. Dia adalah negarawan yang cerdas dan teliti melihat kepiawaian para aparat di bawahnya.
Tidak ada lagi kalimat yang tersisa kecuali mari segera berusaha mencontohnya.
Semoga bermanfaat dan salam optimis.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/09/19/14809/inspiring-muadz-bin-jabal-dai-muda-yang-kaya-raya-dan-lembut-hati/#ixzz3SpiPPfAb 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Mimpi Bertemu Nabi Muhammad, Wanita Amerika Peluk Islam

Dream - Linda Al-Saigel adalah seorang mualaf dari Amerika Serikat. Saat masih menjadi non-Muslim, ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sangat taat.
Saat masih remaja, Linda lebih suka menghabiskan libur akhir pekan untuk melayani Tuhan daripada bermalas-malasan seperti teman-temannya. Ia melakukan hal tersebut hingga beberapa tahun kemudian.
Setelah lulus SMA di Arizona, Linda memutuskan kuliah di California. Begitu menyelesaikan kuliahnya, Linda bekerja dan menetap selama 1 tahun. Di sini, kehidupan agama Linda semakin berkembang. Dia banyak terlibat dalam kegiatan keagamaan yang melibatkan remaja.
Dari sinilah kehidupan spiritual Linda mulai tumbuh. Dia merasa kurang lengkap meski secara penuh aktif dalam kegiatan keagamaan. Dia ingin mendapat jawaban lebih
Dalam kondisi inilah Linda memutuskan menjelajahi dan melihat agama-agama lain demi menemukan kepuasan batin dan tumbuh sebagai manusia utuh.
Suatu hari, Linda diundang untuk menjadi saksi di pernikahan temannya yang menikah dengan pria Timur Tengah.
Inilah untuk pertama kali Linda melihat upacara perkawinan menurut Islam. Dia merasa takjub dengan Muslim yang ditemuinya. Mereka terlihat saling menghormati satu sama lain.
Linda tahu bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dan itu sempat menarik hati Linda untuk mempelajarinya.
Linda mulai sering mimpi aneh. Mimpi pertama Linda adalah dia seperti bertemu dengan Nabi Isa yang sedang memegang rantai yang menjulur dari langit.
Ada jurang di antara mereka. Nabi Isa kemudian mengayunkan rantai tersebut ke arah Linda sambil berkata 'Kamu hanya perlu satu langkah lagi, pegang rantai ini'.
Linda merasa takut mati jika memegang rantai itu. Dia tidak siap karena masih banyak hal yang belum dilakukannya. Namun Nabi Isa tersenyum dan berkata 'Tunggu saja'.
Linda kemudian mengambil kelas tentang Islam. Dia kerap membandingkan Islam dan agamanya sehingga mulai bisa melihat kebenaran Islam secara jelas.
Linda kemudian mengalami mimpi aneh yang kedua. Namun bagi Linda, ini seperti bukan mimpi tapi penglihatan. Nabi Musa muncul dalam gambar yang tergantung di kamar tidurnya.
Itulah sebabnya Linda tidak yakin apakah ia bermimpi atau hanya penglihatan saja. Nabi Musa tersenyum dan berkata: "Ikuti kata hatimu."
Linda meneruskan kehidupan sehari-harinya dan terus mempelajari Islam. Kemudian muncul mimpi lain saat Linda sedang mendekati keputusan menjadi seorang Muslim.
Kali ini Nabi Isa lagi yang sedang membawa tiket pesawat di tangannya. Dia berkata 'Linda, kamu harus melakukan perjalanan ini. Jangan takut, tapi kamu harus melakukannya'.
Linda bertanya 'Di mana saya akan pergi?' Nabi Isa menjawab 'Di pesawat, dan jangan khawatir saya akan duduk tepat di belakangmu'.
Linda pun baru mengerti bahwa dia selama ini dituntun untuk memeluk Islam.
Beberapa hari kemudian, Linda bermimpi lagi sedang duduk di atas batu besar di sebuah hutan. Suasananya gelap, tapi ada sinar matahari bersinar melalui pohon-pohon.
Seorang pria berkerudung dengan jubah cokelat berjalan ke arah Linda. Wajahnya tertunduk sehingga Linda tidak bisa melihat wajahnya, hanya bayangan kerudung di wajahnya.
"Saya tahu itu Nabi Muhammad. Dia berjalan ke arah saya dan mengulurkan tangan kepada saya. Saya pun mengulurkan tangan dan meletakkan telapak tangan di atas telapak tangannya. Kami kemudian berjalan pergi menuju cahaya tersebut. Mimpi berakhir dan hidup saya sebagai muslim telah dimulai."
Setelah menjadi muslimah, Linda belajar cara mendirikan salat, menghadiri banyak pengajian dan berdiskusi tentang Islam di seminar-seminar.
Kisah Linda Al-Saigel setelah memeluk Islam dapat disaksikan dalam film "Linda & Ali: Two Worlds Within Four Walls" produksi tahun 2005. Film tersebut karya sutradara asal Belgia bernama Lut Vandekeybus. 


Copyright @ 2013 It's About All.