Kamis, 26 Februari 2015

Kisah Nabi Musa Dengan Qarun Si Kaya Raya

 kisah nabi Musa as dengan Khidir, juga terdapat kisah terkenal lainnya antara Nabi Musa as dengan Qarun Si Kaya Raya. simak deh sob ceritanya ^^

Qarun adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang besar yang tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya dengan harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2 para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti khazanahnya karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar biasa dan lain drp yang lain. 

Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki segantang emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan demikian seterusnya.

Sebagaimana halnya dengan kebanyakan orang-orang kaya yang telah dimabukkan oleh harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia telah dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. 

Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan-2 yang dapat meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan kewajiban sosialnya.

Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang harus memberi nasihat dan bukan menerima nasihat. Orang harus tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya dan membenarkan segala tindak tanduknya.

Ia menyombongkan diri dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan pertolongan.

Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi dengan indah dan cantik.

Kemewahan yang ditonjolkan secara menyolok itu ,merasakan iri-hati dikalangan penduduk terutama mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata: “Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang telah diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih itu?”

Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin akhirinya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap ada bahagian yang telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang yang melarat dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.

Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: “Hai Musa kami telah membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah membuka topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang pendusta dan ahli sihir belaka.”

Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat iut tidak dapat ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.

Quran tidak dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan ditentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.

Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus dizakatkan dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun yang akan terjadi akibat tindakannya itu.

Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik orang agar menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan dakwahnya dan penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahwa perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus terhadap milik-milik para pengikutnya.

Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar mengaku didepan umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan yang dituduh itu.

Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan bahwa ia tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang membangkang itu.

Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah bagi pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah: “Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2 tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah.”

Isi cerita Nabi Musa dengan Qarun di atas dapat dibaca dalam surah “Qashash” ayat 76-82 dan surah “Al-Ahzaab” ayat 6, silahkan simak kisah perjalanan Nabi Musa dan kisah lainnya, yaitu Nabi Musa dengan Khidir

Sumber:http://alvinarea.blogspot.com/2011/07/kisah-nabi-musa-dengan-qarun-si-kaya.html

Perbedaan Nabi dan Rasul

Sobat semua pasti tahu kalau percaya kepada Nabi dan Rasul adalah Rukun Iman yang ke-empat dalam Islam. Nah, Nabi dan Rasul dalam Islam mempunyai arti yang serupa tapi tak sama, para ulama menjelaskan bahwa seorang Rasul adalah pasti seorang Nabi, tapi seorang Nabi belum tentu seorang Rasul. 

Nah loh?? bingung?

Gini sob, kata “Nabi” berasal dari kata Naba yang berarti "dari tempat yang tinggi", secara harfiah sih maksudnya orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah. Secara garis besar, arti “Nabi” adalah seorang laki-laki yang diberi oleh Allah wahyu dan tidak wajib di sampaikan kepada umatnya.
Sedangkan kata “Rasul” berasal dari kata Risala yang berarti penyampaian, arti “Rasul” adalah seorang laki-laki yang diberi oleh Allah wahyu dan menyampaikannya kepada umatnya. Karena itu, para Rasul, setelah lebih dulu diangkat sebagai nabi, bertugas menyampaikan wahyu dengan kewajiban atas suatu umat atau wilayah tertentu pada zamannya.

Dalam Hadits sahih riwayat At-Turmuzyjumlah Nabi dalam Islamsebanyak 124.000 orang. Dan diantara jumlah tersebut, jumlah Rasulsebanyak 312 orang. Nabi Pertama adalah Nabi Adam AS, dan Rasul pertama adalah nabi Nuh AS. Dan yang menjadi menutup nabi dan rasul adalah Rasulullah Muhammad SAW, yang artinya tidak akan ada lagi Nabi dan Rasul setelah Rasulullah Muhammad SAW.

Secara lebih jelas, silahkan sobat liat perbedaan nabi dan rasul yang sudah saya himpun dari beberapa sumber:
1. Nabi diberi wahyu berupa syariat tapi tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada yang lain, sedangkan Rasul diperintahkan untuk menyampaikan pada yang lain.

2. Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian. Jenjang kerasulan diberikan Allah setelah diangkat menjadi Nabi terlebih dahulu. 

3. Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus kepada kaum yang telah beriman.

4. Syari’at para rasul berbeda antara satu dengan yang lainnya, atau dengan kata lain bahwa para rasul diutus dengan membawa syari’at baru. Adapun para nabi, mereka datang bukan dengan syari’at baru, akan tetapi hanya menjalankan syari’at rasul sebelumnya. 

Nah sudah ngerti khan sobat beda antara nabi dan rasul dalam Islam?
Selanjutnya sobat bisa membaca kisah 25 Rasul Islam yang terkenal. Jangan lupa komentar ya ^^
Wassalam.

Sumber : Wikipedia-Nabial-atsariyyahkaahil, http://alvinarea.blogspot.com/2011/07/perbedaan-nabi-dan-rasul-islam.html

Sejarah 25 Rasul

Bismillahirrohmanirrohim….

Halo sobat semua… pada kesempatan kali ini saya akan berbagi pengetahuansejarah dan kisah dari 25 Rasul terkenal yang disebutkan dalam Al Quran yang saya susun berdasarkan berbagai sumber. Semua ini untuk menambah pengetahuan kita tentang Islam terkait sejarah Nabi dan Rasul Islam.
Sebenarnya jumlah keseluruhan nabi dalam Islam sebanyak 124 ribu orang, dan yang diangkat sebagai rasul adalah sebanyak 312 orang (Hadits sahih riwayat At-Turmuzy) tapi yang disampaikan secara jelas dalam Alqur’an adalah 25 orang. Silahkan sobat baca semua kisah 25 Rasul Islam ini:

1. Nabi Adam as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Adam as merupakan manusia pertama dan juga nabi pertama dalam agama Islam.

2. Nabi Idris as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Idris adalah keturunan ke-enam dari Nabi Adam. Nabi Idris as menjadi keturunan pertama yang diutus menjadi nabi setelah Adam. Dalam agama Yahudi dan Nasrani, Idris dikenal dengan nama Henokh. Diutus di Irak Kuno (Babylon, Babilonia) dan Mesir (Memphis). Nabi Idris dianugerahi kepandaian dalam berbagai disiplin ilmu, kemahiran, serta kemampuan untuk menciptakan alat-alat untuk mempermudah pekerjaan manusia, seperti pengenalan tulisan, matematika, astronomi, dan lain sebagainya

3. Nabi Nuh as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Nuh as terkenal dengan kisah bahtera Nuh, saat bumi diliputi oleh banjir besar menghapus seluruh umat pada saat itu, kecuali yang mengikuti nabi Nuh as Jarak waktu antara Nabi Nuh dan Nabi Adam adalah sepuluh abad. Merupakan Rasul pertama Islam.

4. Nabi Hud as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Hud as di utus untuk kaum Ad (sekarang berada diantara wilayah Yaman dan Oman). Kaum Ad terkenal karena membangkang perintah Allah, lantas Allah menghukum mereka dengan bencana kekeringan dan di akhiri oleh dengan azab awan hitam berupa petir dan angin topan.

5. Nabi Shaleh as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Shaleh as diutus untuk kaum Tsamud. Kisahnya disebut dalam 72 ayat Al Quran. Mukjizat terkenal dari nabi Shaleh as adalah lahirnya unta betina dari celah batu dengan ijin Allah.

6. Nabi Ibrahim as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Ibrahim as merupakan nabi agama samawi. Nabi Ibrahim as diutus untuk kaum Kaldān yang terletak di kota Ur (sekarang Iraq). Bagi kaum muslimin, nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi terpenting, diantaranya mengajarkan tauhid, mendirikan Kabah di Mekah dan hampir mengorbankan anaknya, nabi Ismail as kepada Allah (ibadah yang sekarang dikenal sebagai Idul Adha).

7. Nabi Luth as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Luth as merupakan keponakan Nabi Ibrahim as. Nabi Luth as diutus untuk kaum Sodom dan Gomorrah yang memiliki perilaku seks menyimpang.

8. Nabi Ismail as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Ismail merupakan putra dari nabi Ibrahim as serta kakak kandung dari nabi Ishaq as. Bersama sang Ayah, Ismail as mendirikan Ka'bah.

9. Nabi Ishaq as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Ishaq as merupakan putra kedua nabi Ibrahim as. Nabi Ishaq as diutus untuk bangsa Kana'an di wilayah Al-Khalil Palestina.

10. Nabi Yaqub as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Yaqub as berdakwah kepada bani Israil di Syam. Nabi Yaqub as adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim.

11. Nabi Yusuf as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Yusuf as merupakan salah satu dari 12 putra nabi Yaqub as. Merupakan Penguasa dan nabi Bani Israil yang sangat terkenal saat di Mesir.

12. Nabi Ayyub as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Ayyub digambarkan Al Quran sebagai nabi paling sabar dalam menghadapi cobaan. Nabi Ayyub as berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam.

13. Nabi Syu'aib as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Syu'aib as berdakwah kepada kaum Madyan dan Aikah. Merupakan satu dari 4 nabi bangsa Arab. Tiga lainnya adalah nabi Hud, Shaleh, dan Muhammad saw.

14. Nabi Musa as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Julukan nabi Musa as adalah Kalim Allah (كليم الله, Kalimullah) yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah. Nabi Musa as diutus untuk memimpin kaum Israel ke jalan yang benar. Allah menurunkan kitab Taurat kepada nabi Musa as.

15. Nabi Harun as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Harun adalah kakak kandung dari nabi Musa as. Nabi Harun as dilahirkan tiga tahun sebelum nabi Musa as dan memiliki kemampuan fasih dalam berbicara serta mempunyai pendirian tetap. Sering kali mendampingi nabi Musa as dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun.

16. Nabi Zulkifli as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Zulkifli as diutus kepada kaum Amoria di Damaskus.

17. Nabi Daud as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Daud as seorang nabi dan rasul yang menerima kitab Zabur dari Allah. Nabi Daud as memiliki suara yang paling merdu dari semua suara umat manusia, seperti Nabi Yusuf as yang diberikan wajah yang paling tampan dan juga Raja tak terkalahkan pada zamannya.

18. Nabi Sulaiman as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Sulaiman as merupakan putra dari nabi Daud as. Salah satu mukjizat nabi Sulaiman adalah mengerti semua bahasa binatang dan menundukkan para jin menjadi pesuruhnya.

19. Nabi Ilyas as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Ilyas as berdakwah kepada kaum Finisia dan Bani Israel. Nabi Ilyas as disebut 2 kali dalam Al Quran.

20. Nabi Ilyasa as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Ilyasa as berdakwah kepada Bani Israil dan kaum Amoria di Panyas, Syam.

21. Nabi Yunus as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Yunus as berdakwah kepada orang Assyiria di Ninawa-Iraq. Kisah nabi Yunus as yang paling terkenal adalah saat ditelan oleh ikan Paus.

22. Nabi Zakariya as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Zakariya berdakwah untuk bani Israil sekitar 2 SM. Kisah nabi Zakaria as yang terkenal adalah saat berdoa memohon kepada Allah agar dapat memiliki keturunan. Al Quran mengisahkan doa nabi Zakaria as pada Surah Maryam : 1-15.

23. Nabi Yahya as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Yahya as adalah putra dari nabi Zakaria as. dan kelahirannya dikabarkan oleh Malaikat Jibril. ([Qur'an 19:7], [Qur'an 3:39]). Nabi Yahya as adalah sepupu dari nabi Isa as. Termasuk nabi yang dibunuh oleh orang-orang kafir.

24. Nabi Isa as <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Isa as merupakan salah satu nabi terpenting dalam Islam. Namanya disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al Quran. Al Quran menjelaskan status nabi Isa as dengan sangat jelas.

"Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: ""(Tuhan itu) tiga"", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (An-Nisa, ayat 171).

25. Nabi Muhammad saw <-- silahkan klik untuk cerita selengkapnya

Nabi Muhammad saw merupakan nabi terakhir dan pembawa ajaran Islam. Nama "Muhammad" dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Ajaran nabi Muhammad saw (Islam) merupakan penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya.

Nah sobat, silahkan menikmati bacaan sejarah 25 kisah rasul dalam Islam. Sobat juga bisa mengetahui perbedaan antara Rasul dan Nabi Islam. Jangan lupa komentar yack^^
Semoga bermanfaat.

Wassalam.

Sumber:http://alvinarea.blogspot.com/2011/07/sejarah-dan-kisah-25-rasul.html

Rabu, 25 Februari 2015

Mengenal Tokoh Fenomenal di Balik Shalahuddin: Nuruddin Zanki

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – “Ada cara yang menyenangkan untuk mengubah kepribadian anda agar menjadi selevel para ksatria islam yang terpisah zaman dan waktu; bacalah sejarah” (Felix Siauw, dalam bukunya Muhammad Al-Fatih 1453)
Sejarah Islam begitu harum aroma kepahlawanannya. Ia seperti jembatan antara peradaban yang unggul, generasi yang sholeh dan keberkahan langit yang tumpah ruah. Sudah berderat nama mencatatkan kebijaksanaan dan kebajikan untuk menciptakan dunia yang lebih baik, lewat sumbangan ilmunya, atau pengorbanannya, juga kepiawaiannya menata kesempatan menjadi momentum tepat yang akan dikenang sejarah.
Kita mengenal Shalahuddin, lebih tepatnya Sultan Shalahuddin Yusuf bin Najmuddin Al-Ayyubi (1137-1193 M), seorang ksatria, ulama, pemimpin, presiden, dan dermawan sekaligus yang dikenal baik di dunia Islam maupun di dunia Barat. Jika kita memanggilnya Shalahuddin, orang Eropa mengenangnya dengan “Saladin”, ditambah gelar singkat setelahnya “The Wise”. ‘Shalahuddin yang Bijaksana’ begitulah musuhnya menggelari beliau.
Pertemuan antara Shalahuddin Al-Ayyubi dan Richard The lion Heart selama 3 tahun (585-588 H) dalam peristiwa penyerangan Pasukan Salib Inggris atas kota laut Akka telah menggambarkan bagaimana Shalahuddin sejatinya, mewakili pemimpin dunia islam yang begitu bersahaja dan bijaksana.  Shalahuddin begitu sabar, selama 36 bulan bertahan, berjaga di garis pantai Kota Akka, sehingga membuat Pasukan Salib bergeleng kepala, begitu gigihnya ia menjaga wakaf umat Islam bernama Palestina.
Juga, ketika Richard The Lionheart jatuh sakit, Shalahuddin sendiri datang ke markasnya, membawa tabib dan mengurus perawatannya. Itulah mengapa begitu pulang dari ekspedisi Salib, ratusan ribu pasukan Eropa mulai meniru gaya hidup muslim; kesantunan, kepiawaian menata kebersihan diri, dan keuletan mencipta penemuan. Semua  itu begitu nyata dan alami, tidak dipaksakan apalagi dibuat-buat (Prof. Poeradisastra)
Lewat tulisan sederhana ini, saya ingin mengajak diri saya sendiri dan kawan-kawan untuk mengenal lebih dekat pada seorang tokoh besar. Shalahuddin kah? Kali ini tidak, justru kita akan berlayar dan mejelajah ke abad 10 Masehi untuk berkenalan dengan pelopor kebangkitan umat islam di abad itu. Kalau kita melihat Shalahuddin Al-Ayyubi sebagai inspirasi, maka tokoh ini adalah inspirasi bagi Shalahuddin.
Jika boleh menyederhanakan kisah, saya akan memulai kisah hidup tokoh ini dari sebuah nama; Nizam Al-Mulk, seorang menteri besar di zaman Dinasti Abbasiyah pada awal abad 5 Hijriah yang gencar melakukan pendidikan dan kaderisasi generasi muda Islam kala itu. Beliau berhasil mengkader seorang pemuda bernama Aq Sankar, menjadi prajurit shalih berwawasan luas. Aq Sankar mempunyai anak bernama Imaduddin Zanki, yang mewarisi semangat jihad ayahnya. Imaduddin Zanki kala itu dikenal dunia Islam sebagai orang yang menggemuruhkan lagi semangat jihad setelah lama tidak terdengar.
Kebesaran namanya makin jelas ketika Imaduddin berhasil menaklukkan kota Raha (Edessa) setelah 28 hari pengepungan, yang saat itu dikuasai pasukan Salib dari 22 negara Eropa. Betapa saat itu kabar kemenangan begitu langka, karena sebelum penaklukkan kota Raha, yang terdengar di dunia Islam hanya kabar kekalahan demi kekalahan telak melawan Tentara Salib. Namun, Imaduddin Zanki menepisnya, memunculkan harapan!
Seorang Imaduddin menjadi menteri pertahanan, lalu menyatukan kota-kota lain, membebaskannya dari cengkraman Salibis. Panjang perjalanan hidupnya telah menyalakan kembali api jihad yang saat itu seperti nyanyian sebelum tidur. Imaduddin Zanki menemui syahidnya ketika beliau ingin membebaskan benteng Ja’bar dari Pasukan Salib yang terletak di semenanjung sungai Eufrat. Ibnu Katsir mendokumentasikan sifat beliau seperti ini, “Sebaik-baik raja, memiliki citra yang paling baik, orang yang pemberani, cerdas dan tegas.”
Tapi ruh jihadnya tak mati, bahkan makin berkobar-kobar menyala pada diri seseorang. Siapa dia? Perkenalkanlah anak kandung Imaduddin Zanki; Nuruddin Mahmud Zanki, pelopor reformasi jihad sebenarnya!
***
“Saya terkagum-kagum dengan pengaruh yang saya lihat dan berita-berita yang saya dengar tentang Nuruddin”, kata Syihabuddin Abdurrahman bin Ismail Al-Maqdisi seorang Ahli Sejarah besar, “Padahal dia hidup pada kurun-kurun terakhir. Kemudian saya bandingkan dengan raja yang agung pada generasi setelah itu, raja yang selalu mendapat kemenangan, Shalahuddin. Hemat saya, kedua raja itu sebanding dengan Umar bin Al-Khattab dan Umar bin Abdul Aziz pada generasi terdahulu.”
Ditambah lagi perkataan dari DR. Muhammad Al-Abdah dalam bukunya Aya’idut Tarikh Nafsahu; Dirasat ‘an Alamil Islam qabla Shalahuddin, “Yang paling utama tentu saja Nuruddin, Dialah asal segala kebajikan. Dengan keadilan, jihad, dan wibawanya di saentero wilayah kekuasaannya, dia telah mempersiapkan semua itu.”
Nuruddin Mahmud adalah seorang Sultan berkebangsaan Turki yang lahir di Iraq, 511 H. Ia dididik oleh ayahnya, Imaduddin Zanki menjadi seorang lelaki yang berwaasan keagamaan luas, memiliki kecakapan dalam memimpin, dan keuletan dalam berkarya. Ia tumbuh dalam kezuhudan, tidak makan dan minum kecuali dari kepunyaannya sendiri, tanpa menyentuh satu koinpun kas Negara.
“Pada suatu hari”, terang seorang Petinggi Negara yang selalu menemani Sultan Nuruddin Mahmud,”saya berjalan bersamanya di kota Raha, di bawah terik matahari. Setiap kali kami melangkah, bayang-bayang kami berjalan mendahului. Ketika kami kembali, bayang-bayang kami berjalan mengikuti kami dari belakang”
“Apakah anda tahu mengapa saya memukul kuda agar berjalan dan saya menengok ke belakang?”, Tanya Sultan Nuruddin. “Tidak”, jawab sang Perwira tinggi. “Ketahuilah, riwayat kita dengan dunia ibarat kita dengan bayang-bayang kita. Ia lari ketika dikejar orang yang mencarinya, namun dia lari mengejar orang yang meninggalkannya.”
Wajar saja ketika banyak ulama menggelari beliau sebagai generator jihad di era itu. Semangatnya terbilang asing di telinga pemimpin-pemimpin dunia islam kala itu, membuat umat Islam memasang mata dan mencurahkan perhatiannya pada kinerja beliau yang berbasis konsep jihadi yang mengagumkan. Asing, namun memikat, dan menorehkan kemenangan-kemenangan harum.
Nuruddin Zanki, ketika beliau memasuki kota Mosul di Iraq, ia membumikan aturan Islam yang begitu bijaksana di dinas kepolisian. Padahal sebelumnya –sama dengan zaman ini- saat itu dinas kepolisian identik dengan nepotisme dan menguntungkan pihak penguasa. Justru dengan kekuasaan, Sultan Nuruddin membumikan kebenaran, sehingga tersemailah kedamaian, bermuncullah senyuman rakyat yang kian lama semakin mendukung perjuangan beliau.
Apa hubungan beliau dengan Shalahuddin Al-Ayyubi?
Dekat! Semenjak Nuruddin Zanki menaiki tahta kuasa dan menyemaikan kebenaran dengan kekuasaannya, ia menjadi inspirasi bagi generasi muda islam di eranya. Termasuk ia, seorang pemuda yang kelak akan meneruskan jejak mimpi Nuruddin Zanki membebaskan Yerusalem. Siapa lagi kalau bukan Shalahuddin Al-Ayyubi.
Sejarah menorehkan kisahnya, dan alur cerita benar-benar padu menerangkan. Awal kedekatan ideologis antara Nuruddin Zanki dan Shalahuddin adalah ketika Sang Sultan mengutus Paman Shalahuddin, Asaduddin Syirkuh, untuk memimpin sepasukan besar tentara guna menyelamatkan Mesir dari kesewenang-wenangan Pasukan Salib dan hagemoni Syiah yang sesat.
Shalahuddin saat itu masih berusia relatif muda, dan ia baru mengikuti pamannya, Asaduddin Syirkuh, dalam ekspedisi ke Mesir untuk yang ketiga kalinya. Ekspedisi pertama berhasil dilancarkan Asaduddin dan menyelamatkan Mesir, namun Menteri Kerajaan Fathimiyah Mesir, Syaur As-Sa’di berkhianat. Dalam ekspedisi kedua, tentara Asaduddin merasakan kepiluan yang sangat, karena di Barat Kairo laju pasukan muslim berhasil dipatahkan pasukan Salib atas perintaan Menteri Kerajaan Syiah Fathimiyah mesir, Syaur As-Sa’di.
Pada ekspedisi ketiga inilah kemenangan dapat diraih. Pasukan Nuruddin Zanki yang dipimpin Asaduddin disertai dengan Shalahuddin berhasil menguasai pemerintahan Mesir. Akhirnya Asaduddin menjabat sebagai menteri para pemerintahan fathimiyah. Secara de facto, walaupun Mesir masih dikuasai Kerajaan Fathimiyah, namun pada hakikatnya penguasa sebenarnya adalah Asaduddin dan Shalahuddin.
Asaduddin tidak lama memerintah Mesir. Allah memanggil beliau setelah 2 bulan memerintah negeri tersebut. Kesempatan memimpin Mesir hadir di hadapan Shalahuddin, dan ia pun dengan brilian mengambilnya, lalu mengkondisikan Mesir –sesuai permintaan Nuruddin Zanki- menjadi Negeri yang bebas dari aqidah Syiah, dan kembali bergabung bersama negeri-negeri muslim yang beraqidah ahlussunnah.
Legenda Mimbar Nuruddin
Nuruddin Zanki, dengan segala keinginannya untuk membebaskan setiap jengkal negeri Islam dari jajahan musuh-musuhnya, telah membuat rakyatnya bergemuruh dalam semangat kebangkitan yang berdengung-dengung di setiap rumah. Seorang Ibu mengisahkan kepribadian Sultan pada anak-anaknya, para Ulama menggegarkan semangat membuka Yerusalem di setiap majelis-majelis pengajian, Para Ayah bekerja menyebar di muka bumi guna mempersiapkan jihad harta dan jiwa mereka hingga kemudian siap menyambut panggilan Sultan ke medan perang.
Guna mengkristalkan mimpinya, Sultan Nuruddin Zanki membuat sebuah mimbar indah yang fenomenal, dengan kayu terbaik dan ukiran kaligrafi terindah. Ia buat itu sebagai wujud dari tekad besar untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha dari cengkraman Pasukan Salib. Mimbar itu ia buat, lalu ia bentangkan di tempat umum, sebagai simbol tekadnya yang terkristalkan, juga sebagai seruan untuk rakyatnya dalam berbangkit. Mimbar yang dipamerkan di muka umum ini seakan mengajak pada semua pasang mata yang melihatnya “Bawa aku! Bawa Aku ketika Al-Aqsha bebas! Kaulah yang akan jadi pembebasnya! Kaulah yang akan jadi pembebasnya!”
Namun sebelum Mimbar itu diantar dalam gilang gemilang kebebasan Yerusalem, Nuruddin Zanki wafat. Beliau, sang Sultan pelopor jihad itu telah meninggalkan jejak emas yang sebentar lagi berbuah kemenangan yang amat nyata. Semangatnya, jihadnya, spirit juangnya, dan kecemerlangan pemikirannya, terlebih mimbar yang ia buat sebagai simbol perjuangan telah berhasil memikar ummat islam sepenjuru arab untuk memikul tanggung jawab besar memenangkan mahkota Yerusalam, di mana Al-Aqsha berada di jantungnya.
Nuruddin Zanki, beliau wafat pada usia 59 tahun di tahun 1174 Masehi, selang 13 tahun setelah itu, tekadnya terbentang menjadi nyata dengan perantara penerusnya, Shalahuddin Al-Ayyubi, tepatnya dalam kemenangan 12.000 pasukan muslim pimpinan Shalahuddin dalam pertempuran Hattin tahun 1187 Masehi melawan 60.000 pasukan Salib pimpinan Guy de Lusignan.
13 tahun perlu menunggu, hingga mimbar yang mewakili tekad Nuruddin Zanki diantarkan dengan bersahaja menuju mimbar Al-Aqsha yang begitu berwibawa. Perkenalkanlah…. Namanya; Nuruddin Zanki!


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/02/05/63582/mengenal-tokoh-fenomenal-di-balik-shalahuddin-nuruddin-zanki/#ixzz3SpjpQAum 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Inspiring Muadz bin Jabal: Dai Muda yang Kaya Raya dan Lembut Hati



dakwatuna.com – Muadz bin Jabal seorang pemuda Anshar teladan, termasuk golongan Anshar yang pertama masuk Islam dan turut serta dalam baiatul Aqabah dua. Kepandaian dan kepahamannya dalam ilmu agama diakui oleh banyak sahabat, tak terkecuali sang pemimpin Rasulullah SAW yang memberikan testimoni menyejarah : “sepandai-pandainya umatku dalam masalah halal dan haram adalah Muadz bin Jabal”,  bahkan di riwayat yang lain disebutkan Muadz adalah pemimpin para ulama di akhirat nanti.
Karena kefaqihannya inilah Muadz pun dipercaya menjadi duta dakwah di Yaman. Sebuah amanah dan tugas berat menanti di sana, menyebarkan Islam dengan benar sesuai ajaran Rasulullah SAW. Tak heran jika di awal keberangkatan Muadz ke Yaman, serangkaian fit and proper test pun dijalankan oleh Rasulullah SAW. Maka ketika Muadz sukses menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan begitu cerdas dan elegan, wajah Rasulullah SAW pun berseri-seri dan bertutur lugas : “Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah . . . .”
Di Yaman selain berdakwah menyebarkan dan mengajarkan Islam, Muadz bin Jabal juga berdagang sebagaimana para sahabat lainnya. Karena kepandaian dan ketekunannya pulalah, maka ia berhasil meningkatkan omset dagangnya dan berubah menjadi pribadi yang kaya raya, santun dan faqih. Ketika Rasulullah SAW wafat, Mu’adz masih berada di Yaman. Di masa pemerintahan Abu Bakar, Mu’adz kembali ke Madinah, dan di awal kedatangannya terjadi sebuah kisah indah penuh ukhuwah antara Muadz, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab.
Saat Muadz datang dari Yaman, Umar tahu bahwa Mu’adz telah menjadi seorang yang kaya raya. Kekayaan pribadinya meningkat tajam dari beberapa tahun sebelumnya. Seperti biasa, ketegasan dan kewaspadaan ala Umar bin Khaththab berjalan, beliau sebagai penasehat khalifah segera mengusulkan kepada Abu Bakar agar membagi dua kekayaan Muadz dan menyerahkannya kepada negara, sebagai bentuk kehati-hatian sebagai pengelola negara. Abu Bakar tidak segera menyetujui usulan dari Umar, namun tanpa menunggu persetujuan Abu Bakar, secara pribadi Umar bersegera mendatangi Muadz untuk datang sebagai sahabat.
Mu’adz bin Jabal sebagaimana kita ketahui dalam testimoni Rasulullah SAW, adalah orang yang paham tentang halal dan haram. Termasuk halal dan haram dalam transaksi dan perdagangan. Ia tidak mengenal bertransaksi dengan unsur maysir (spekulasi), ghoror (tipuan), gheis (curang) apalagi ikhtikar (menimbun barang) dan riba. Kekayaan yang didapat pun tak lebih dari buah ketekunan dan kecerdasan, yang mendapatkan taufiq dari ar-rozzaq Allah SWT, jauh dari segala syubhat apalagi yang haram.
Maka ketika Umar datang ke rumahnya dan mengemukakan usulannya untuk membagi dua harta tersebut, Muadz pun menolak dengan argumen yang cerdas dan hujjah yang kuat.  Diskusi hangat dua sahabat mulia itu pun berakhir dan Umar berpamitan meninggalkannya. Sungguh ia tidak hasad dan iri dengan kekayaan Muadz, tidak pula ia menuduh Muadz bermaksiat dengan mencari jalan haram dalam menumpuk kekayaan, namun ia hanya takut karena saat itu Islam sedang mengalami kejayaan dan kegemilangan, di luar sana banyak tokoh-tokoh yang memanfaatkan hal tersebut dengan bergelimang harta tanpa kejelasan sumber halalnya. Inilah yang ditakuti Umar, tidak lebih.
Namun uniknya, pagi-pagi sekali keesokan harinya Mu’adz bin Jabal terlihat segera bertandang ke rumah Umar. Apa yang dilakukan Muadz setelah apa yang terjadi pada hari sebelumnya? Sungguh pemandangan ukhuwah yang indah tak tergambarkan.  Sampai di sana, Muadz segera merangkul Umar dan memeluknya kuat, bahkan air mata Muadz pun mengalir dan terisak menceritakan mimpinya tadi malam yang begitu kuat mengingatkannya.
“Wahai Umar, malam tadi saya bermimpi masuk kolam yang penuh dengan air, hingga saya cemas akan tenggelam. Untunglah Anda datang, dan menyelamatkan saya . . . . !”
Nampaknya mimpi tersebut membuat Muadz ingin segera menuruti usulan Umar bin Khaththab untuk membagi dua harta kekayaannya yang diperoleh dari Yaman.  Maka keduanya pun segera menghadap Abu Bakar, dan Mu’adz pun mengutarakan niatnya, meminta kepada khalifah untuk mengambil seperdua hartanya.
Namun apa jawab khalifah Abu Bakar yang mulia? Khalifah yang timbangan imannya tak tertandingi oleh penghuni bumi ini menolak dengan tegas, ia mengatakan : “Tidak satupun yang akan saya ambil darimu”.  Abu Bakar tahu dan yakin bahwa Muadz memperoleh kekayaan dari jalan yang baik, maka ia tidak ingin mengambil satu dirham pun dari harta sahabatnya tersebut, yang itu berarti kezhaliman dan akan berbuah kehinaan di akhirat.
Muadz belum puas dengan jawaban sang khalifah, ia pun menoleh dan meminta pendapat Umar bin Khaththab, ia teringat dengan mimpinya semalam yang begitu mendebarkan. Apa komentar Umar sebagai pihak yang mengawali usulan pembagian harta tersebut, ia berujar singkat : “ Cukup .. sekarang harta itu telah halal dan jadi harta yang baik”.  Subhanallah, kegelisahan pun berakhir dengan kehangatan ukhuwah dan kemuliaan iman.
Selalu ada hikmah dalam setiap kejadian dan masalah, mari kita ambil inspirasi dan semangat dari kisah di atas yang melibatkan tiga sahabat yang mulia :
Pertama : Sosok Muadz yang cerdas dan santun. Dengan kesungguhannya ia bisa memperoleh kekayaan yang luar biasa di usia muda ( beliau meninggal usia 33 tahun di masa Umar), dari jalan yang halal dan jauh dari syubhat. Meski demikian, beliau seorang yang lembut hatinya dan perasa, sebuah mimpi di malam hari mampu membuatnya berubah dari sikap teguh pendiriannya atas usulan Umar.
Kedua : Abu Bakar memberikan contoh pada kita tentang kebijaksanaan dan kecermatan dalam berfikir. Tidak tergesa bersikap meski terlihat penuh kemaslahatan. Beliau juga tegas menolak segala tawaran dan kebijakan yang bernuansa kezhaliman.
Ketiga : Umar adalah teladan dalam sikap waro, kehati-hatian dan mawas diri, sekaligus ketegasan yang luar biasa. Dialah sosok yang terlihat angkuh di hadapan kekayaan sebagian sahabat. Para panglima perang yang bertaburkan kemenangan dan pakaian nan indah pun dihinakan oleh Umar dengan lemparan kerikil di wajah mereka. Dia adalah negarawan yang cerdas dan teliti melihat kepiawaian para aparat di bawahnya.
Tidak ada lagi kalimat yang tersisa kecuali mari segera berusaha mencontohnya.
Semoga bermanfaat dan salam optimis.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/09/19/14809/inspiring-muadz-bin-jabal-dai-muda-yang-kaya-raya-dan-lembut-hati/#ixzz3SpiPPfAb 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

“Dia” yang Manis Itu Ternyata Bernama Ukhuwah

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com – Mari membuka kembali beberapa lembaran sahabat Nabi SAW berikut ini,
Cerita tentang 3 sahabat Nabi SAW pada perang Yarmuk, saat itu Ikrimah bin Abu Jahal meminta air minum, lalu ia melihat Suhail bin Amr memandangnya, lantas Ikrimah berkata “berikan air itu kepadanya”. Kemudian ketika Suhail juga melihat sahabat yang lain yaitu al-Harits bin Hisyam, Suhail juga melakukan hal sama dengan yang dilakukan Ikrimah. Tetapi belum sampai air minum itu pada al-Harits ketiga sahabat itu telah meninggal tanpa meminumnya sedikitpun.
Cerita tentang sahabat yang kedatangan seorang tamu tetapi ia dan keluarganya hanya mempunyai persediaan makanan yang untuk anak-anaknya saja tidak cukup (ada tapi sedikit sekali). Kemudian sahabat itu meminta istrinya untuk mengajak bermain anak-anaknya, jika anak-anaknya ingin makan malam ajaklah mereka untuk tidur. Dan pada saat tamu tersebut masuk ke ruang makan, dipadamkannya lampu rumahnya. Dan mereka menunjukkan seolah-olah sedang makan bersamanya (yang makan hanya tamunya saja). Dan otomatis, malam itupun mereka lalui dengan menahan lapar. Ketika tamunya sudah selesai berkunjung, keduanya menuju Nabi SAW, kemudian Rasulullah memberitakan kabar gembira berupa pujian dari Allah dengan turunnya ayat 9 surat Al-Hasyr.
Ada juga sahabat Nabi SAW yang ketika itu mendapatkan hadiah berupa kepala kambing, kemudian ia berkata sesungguhnya fulan dan keluarganya lebih membutuhkan ini daripada kita”. Kemudian ia mengirimkan hadiah itu kepada fulan, dan ternyata fulan juga melakukan hal yang sama. Dan itu dilakukan terus menerus dari satu sahabat ke sahabat yang lain sampai berpindah tujuh rumah, dan akhirnya kembali kepada sahabat pertama kali yang memberikan”.
Kisah-kisah pada di atas memberikan pelajaran pada kita bagaimana sahabat mencintai saudaranya. Lantas timbul sebuah pertanyaan, apa yang membuat mereka berbuat demikian? Barangkali narasi singkat berikut dapat menjawabnya…
Pada saat kita sedang bersama-sama saudara seperjuangan menjalankan suatu agenda dakwah, menjalankan suatu kegiatan seminar, pelatihan, bakti sosial misalnya, maka kita akan melihat dan merasakan berbagai sosok yang spesial, mereka menampakkan guratan wajah yang berbeda-beda namun memiliki kesamaan yakni  menampakkan perjuangan, guratan wajah mereka menampakkan kegigihan, kegigihan yang timbul dari dalam jiwanya, jiwa yang senantiasa menyala, menyala untuk menerangi kita untuk menyusuri jalan terjal, berliku, dan sangat panjang.
Pada momen seperti ini, pasti ikhwah fillah pernah merasakan lelah, terutama fisik (karena kebanyakan syura pagi-pagi jadi jarang olahraga–semoga saja tidak, hhe), lelah pikiran sekaligus lelah batin, iya pernah merasakan kan? hhe. Ketahuilah sahabat, lelah yang kita rasakan itu adalah pertanda, pertanda bahwa kita sedang berusaha mati-matian, bahwa kita sedang berusaha mengeluarkan daya dan upaya secara maksimal.
Sesungguhnya rasa lelah itu bukanlah rasa lelah sembarangan, lelah itu lelah anugerah, lelah itu lelah yang manis rasanya, lelah itu membuat kita semakin bahagia, karena terlahir dari rasa kecintaan terhadap Allah, demi meraih ridha dan surganya, maka lelah seperti ini dapat mengakibatkan tangis, tangis yang sungguh nikmat, tangis karena tak kuasa menahan karunia yang memenuhi lubuk hati. Atau pada saat mabit bareng, saat tilawah bersama-sama, mendengarkan materi bersama-sama, qiyamullail berjamaah, sahabat pasti pernah merasakan kenikmatan berkumpul bersama, kenikmatan itu berupa rasa manis yang timbul di dalam hati sehingga rasa itu memenuhi relung-relung hati kian dalam kian manis yang tanpa sadar membuat kita untuk tersenyum-senyum sendiri.
Begitulah pasti para sahabat Nabi SAW merasakan hal yang sama. Rasa-rasa semacam ini juga kita temui ketika dalam agenda yang lain seperti pada perjalanan bersama-sama, bermajelis bersama-sama, berolahraga bersama, dsb. Lalu siapakah penyebab ini semua? Dia yang manis itu ternyata bernama Ukhuwah, dialah yang membuat kita merasakan manisnya dalam hati, dialah yang membuat lelah itu menjadi bukan lelah yang sembarangan, dan dialah pula yang membuat tanpa sadar kita tersenyum-senyum sendiri bahagia.
Allahurabbi, malu rasanya atas keprasangkaan kita terhadap saudara, kelambatan kita atau bahkan ketiada pedulian kita ketika ada saudara yang membutuhkan bantuan, sikap yang memikirkan diri sendiri, semoga ukhuwah ini tetap terjalin sampai bertemu di jannahNya kelak, hingga rasa manis itu menjadi anugerah yang sangat indah. Keindahan yang tiada tara yang tidak akan mampu kita bayangkan…


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/04/15/31338/dia-yang-manis-itu-ternyata-bernama-ukhuwah/#ixzz3Spf7hgx9 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Mission Impossible Para Nabi

Surat Yasin

dakwatuna.com – Jika kita diminta berdakwah ke tengah masyarakat yang memiliki karakter buruk, angkuh,“songong”, “ndablek” hatinya sudah tertutup dengan kesombongan dan kemusyrikan yang sudah berkarat. Apa yang kita lakukan? Sanggupkah kita menerima amanah dakwah itu? Atau mungkin seribu alasan kita kumpulkan agar tugas itu tidak jatuh ke pundak kita.
Inilah mission impossible, situasi buruk yang dihadapi para nabi
Tengoklah kisah Nabi Musa yang diminta mendatangi Firaun yang punya tentara paling kuat di zamannya, punya kekuasaan tak terbatas sampai mengaku sebagai Tuhan. Sementara Musa punya beban psikologis yang berat karena dibesarkan oleh Firaun di istananya yang megah. Berapa persentase kemungkinan Firaun menerima dakwah nabi Musa? Mungkin 0,0001%, apa Musa menolak?
“Ya Tuhan… jangan saya deh yang datangi Firaun, saya kan banyak utang budi, saya dibesarkan oleh kebaikan Asiah istri Firaun!!”
Namun ternyata bukan penolakan yang dilakukan Musa, tapi ketaatan dan ketegaran menjalani semua tugas tersebut.
Begitu pula dengan Nabi Nuh. 950 tahun berdakwah hanya memiliki sedikit pengikut. Namun Nuh tetap menjalani misinya dengan segala keteguhan. Apakah Allah complain kepada Nuh yang tidak berhasil membawa banyak pengikut? Ternyata tidak. Allah tidak pernah melihat hasil, tetapi Allah melihat proses dan perbuatan amal manusia.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan. (At-Taubah:105)
Mari kita buka sirah Rasulullah Muhammad saw. Mission impossible yang harus Beliau lakukan sangat berat. Terlahir sebagai yatim dari keluarga miskin, tidak punya harta dan kedudukan, apalagi pengikut. Namun Allah mengangkatnya menjadi seorang Nabi dengan tugas yang mission impossible. Mengapa dianggap impossible? Karena tanpa bekal apa-apa Muhammad harus berdakwah di tengah kaum yang hidupnya keras, biasa berperang, angkuh, sombong, buta dan tuli hatinya. Karakter masyarakat Makkah ketika itu digambarkan lehernya mendongak, tidak pernah menunduk. Artinya keangkuhan dan kesombongan sudah mengakar kuat mendarah daging, mereka kaum yang sulit menerima nasihat, bahasa lainnya susah didakwahi. Gambaran jelas tentang mereka dalam surat Yasin ayat 8-10.
إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُم مُّقْمَحُونَ  وَجَعَلْنَا مِن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ  وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya kami Telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, Maka Karena itu mereka tertengadah. Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat Melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. (Yasin:8-10)
Mengapa Allah sudah bilang karakter orangnya susah didakwahi tapi Allah tetap menyuruh Rasul berdakwah, Kenapa pula Rasulullah mau melakukannya?
Setidaknya ada 3 alasan mengapa para Nabi dan Rasul tetap setia dengan misi dakwahnya, merubah yang impossible menjadi possible yaitu:
1. Yakin
Keyakinan yang kuat karena dakwah ini perintah Allah, pasti Allah tidak akan meninggalkannya sendirian. Tidak mungkin Allah memerintahkan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Yakin pasti bisa dilakukan. Berapa persen tingkat keberhasilannya? Itu bukan urusan Nabi, karena Nabi hanya melakukan apa yang diperintahkan Allah. Soal hasil terserah Allah.
Seorang diri Rasulullah berdakwah tanpa bosan dan putus asa. Rasulullah derect selling sendirian, bahasa Islamnya silaturahim kepada siapa saja, yang dikenal maupun orang asing.
“Sudilah kiranya Anda duduk sebentar mendengarkan saya, jika ucapan saya Anda sukai silahkan bergabung jika tidak suka Anda boleh pergi.”
Dakwah Rasulullah mendapat celaan, hinaan, ancaman, siksaan, pemboikotan dan pembunuhan pengikutnya dari golongan budak yang lemah. Sampai Allah gambarkan
Dalam surat Al-An’am ayat 33, betapa sedih dan sempit dada Rasulullah mendengar ejekan dan komentar mereka dalam menyikapi dakwah Rasulullah.
Sesungguhnya kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), Karena mereka Sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. (Al-An’am:33)
Dalam ayat Ini Allah menghibur nabi Muhammad s.a.w. dengan menyatakan bahwa orang-orang musyrikin yang mendustakan nabi, pada hakikatnya adalah mendustakan Allah sendiri, Karena nabi itu diutus untuk menyampaikan ayat-ayat Allah.
Dengan keyakinan dan kesabaran perlahan-lahan dakwah ini bersemi. Jika dihitung berapa banyak penduduk Makkah yang mati kafir dan yang beriman? Tentu lebih banyak yang beriman. Pada perang Badar yang mati 70 orang, perang Uhud belasan orang. Bandingkan yang beriman pada Fathu Makkah yaitu 2000 orang. Nabi membuktikan impossible menjadi possible.
2. Allah Maha Teliti mencatat amal manusia
Allah sangat menghargai proses, yang penting beramal dengan cara yang benar. Allah tidak pernah menuntut hasil. Ketika seluruh energy telah dikerahkan, segala daya upaya telah dipersembahkan, maka Allah akan tunjukkan jalan setapak demi setapak. Seperti dalam surat al-Ankabut ayat terakhir:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut:69)
Selama 10 tahun Rasulullah direct selling di Makkah, tiap musim haji Rasulullah mendatangi tenda-tenda kabilah yang datang untuk thawaf di Ka’bah, baru pada tahun ke 11 kenabian Allah bukakan hati penduduk Yatsrib 6 orang suku Aus dan Khadraj untuk masuk Islam. Ya… dari 6 orang ini Islam bersemi di Madinah selanjutnya Rasulullah mengutus Mush’ab bin Umair untuk berdakwah di Madinah meluaskan ekspansi dakwah menyiapkan lading subur kedatangan para sahabat yang mendapat siksaan untuk berhijrah, puncaknya Rasulullah pun berhijrah pada tahun ke 13.
Merekalah yang diberi gelar kaum Anshar yang siap menampung kaum Muhajirin. Seluruh proses dakwah yang Rasulullah lakukan bersama sahabat mendapat ganjaran dari Allah. Bahkan seluruh amal perbuatan manusia dicatat yang baik ataupun yang buruk. Catatan amal inilah yang akan Allah perlihatkan kelak di hari kiamat.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ  إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ  مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Dan sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat Pengawas yang selalu hadir. (Qaf:16-18)
Meskipun nabi sudah dijamin masuk surga, namun tetap semangat mengumpulkan amal, semangat berdakwah. Kalau bapaknya tetap kafir, Rasulullah berharap anak cucunya akan masuk Islam. Al-Walid bin Mughirah kafir sampai matinya, namun tiga dari empat anaknya masuk Islam salah satu yang terkenal adalah si pedang Allah Khalid bin Walid.
Mari kita buat catatan indah untuk diri kita, hingga ketika dibangkitkan di hari kiamat catatan itu menjadi saksi amal shalih kita.
3. Contoh yang menginspirasi nabi berdakwah
Contoh ini Allah gambarkan dalam surat Yasin ayat 13 -27.
Allah gambarkan perumpamaan suatu negeri yang selalu menolak utusan Rasul dari Allah sampai Rasul yang ke tiga juga ditolak. Datanglah seorang laki-laki dari kaumnya berkata: “hai kaumku ikutilah utusan-utusan itu.” Namun kaumnya malah membunuh laki-laki itu. Dan Laki-laki itu masuk surga.
Ya itulah mission impossible yang dilakukan Rasulullah. Manusia tidak ada yang sempurna, justru ketidaksempurnaan inilah menyebabkan manusia butuh untuk saling menasihati dan saling memberi peringatan.
Jangan berpikir harus banyak ilmu dulu baru berdakwah, banyak amal shalih dulu baru berdakwah. Selalu merasa diri tak layak jadi dai, tak layak jadi murabbi karena masih banyak dosa, masih kurang ilmu. Mari kembali buka sirah bandingkan kondisi kita hari ini dengan kondisi Rasulullah.
  1. Nabi terlahir sebagai yatim, masih kecil ibunya wafat, dirawat kakeknya, kakeknya pun wafat, dirawat pamannya yang miskin dan punya anak banyak. Bandingkan dengan diri kita apakah kita yatim piatu ? miskin? Gak punya pekerjaan? Mana lebih buruk kondisi kita dengan kondisi Rasulullah?
  2. Nabi hidup di tengah kaum yang angkuh, keras, sulit didakwahi. Kita hidup di tengah masyarakat yang santun, ramah, murah senyum, suka menolong.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/05/03/32580/mission-impossible-para-nabi/#ixzz3SpdHJscv 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Copyright @ 2013 It's About All.